Jenis Haji, Rukun Dan Keutamaan Haji

Jenis Haji, Rukun Dan Keutamaan Haji

Yang Wajib DiKetahui Jenis Haji, Rukun Dan Keutamaan Haji

Ibadah haji termasuk dalam satu dari lima rukun Islam. Haji adalah fondasi tegaknya agama Islam. Haji berada di urutan kelima rukun Islam, setelah syahadat, sholat, puasa dan zakat.
Mengutip buku Fikih Madrasah Aliyah oleh Harjan Syuhada dan Sungarso, haji dalam bahasa berarti menyengaja atau menuju. Secara istilah, haji adalah menyengaja mengunjungi Kakbah di Makkah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT pada waktu tertentu dengan cara tertentu pula.

Pelaksanaan haji hukumnya adalah wajib bagi yang mampu. Kewajiban haji tercantum dalam Al-Qur’an, Surah Ali Imran ayat 97.

Surah Ali Imran ayat 97 Arab, Latin dan Artinya

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Arab Latin: Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm, wa man dakhalahụ kāna āminā, wa lillāhi ‘alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā’a ilaihi sabīlā, wa mang kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-‘ālamīn

Artinya: Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu109) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.


Quran Kemenag memberikan penjelasan untuk orang yang mampu dalam ayat di atas. Kriteria mampu di sini adalah sanggup mendapatkan perbekalan, alat transportasi, sehat jasmani, perjalanan aman, dan keluarga yang ditinggalkan terjamin kehidupannya.

Jenis Haji

Mengapa pelaksanaan ibadah haji masih terbagi lagi? Ini berkaitan dengan waktu pelaksanaanya. Karena setiap jamaah terbagi menjadi beberapa kelompok terbang. Ada yang datang duluan, ada yang datang berdekatan di bulan Zulhijah, sehingga fiqih mengatur terbaginya Jenis Haji menjadi tiga.

Ada yang mengerjakan umrah terlebih dahulu baru haji, ada yang mengerjakan haji terlebih dahulu baru umrah dan ada yang meniatkan haji bersamaan dengan umrah. Berikut penjelasan 3 Jenis Haji yang perlu diketahui yang diambil dari beberapa referensi :

1. Haji Ifrad

Haji Ifrad adalah jenis haji yang mendahulukan ibadah haji, baru umrah. Dari segi bahasa, kata Ifrad adalah bentuk mashdar dari akar kata afrada yang bermakna menjadikan sesuatu itu sendirian, atau memisahkan sesuatu yang bergabung menjadi sendiri-sendiri.

Setiba di Mekkah, jamaah melakukan thowaf qudum (thowaf diawal kedatangan di Mekkah), kemudian sholat dua raka’at di belakang maqom Ibrahim. Setelah itu melakukan sa’i antara bukit Shofa dan Marwah untuk hajinya tersebut (tanpa bertahalul), lalu menetapkan diri dalam kondisi berihrom. Dalam keadaan ini, jamaah tidak boleh melakukan segala hal-hal yang diharamkan ketika berihram, jadi dia tetap dalam keadaan berihram hingga datang masa tahallul yakni pada tanggal 10 Zulhijjah.

Setelah haji jamaah melepas pakaian ihramnya dan boleh menggunakan pakaian lainnya, jika jamaah melakukan ibadah umrah kembali lagi dengan ihram lagi. Haji ini tidak perlu membayar dam.

2. Haji Qiran

Haji Qiran adalah Jenis Haji yang menggabungkan niat haji dan umrah sekaligus, yang mana dikerjakan pada bulan-bulan haji. Pertama, jamaah berihram untuk umrah dan berihram untuk haji, sebelum memulai tawaf. Kemudian tatkala memasuki kota Mekkah jamaah melakukan tawaf qudum (tawaf di awal kedatangan di Mekkah), lalu kemudian shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim.
Setelah itu melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, dilakukan untuk umrah dan hajinya sekaligus dengan satu sa’i (tanpa bertahallul), tetap masih dalam kondisi berihram, dan tidak halal baginya untuk melakukan hal-hal yang diharamkan ketika ihram hingga nanti datang masa tahallulnya di tanggal 10 Zulhijah).

Selesai sudah haji dan umrahnya secara bersamaan. Namun, yang perlu menjadi perhatian pada jenis haji ini yaitu kewajiban membayar dam. Membayar dam ini dengan menyembelih hewan qurban (seekor kambing, sepertujuh sapi atau unta) pada tanggal 10 Zulhijah atau di hari tasyriq.

3. Haji Tamattu’

Haji tamattu’ merupakan pengertian dari Jenis Haji dengan melaksanakan ibadah umroh terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan ibadah haji. Biasanya ini disebut sebagai haji bersenang-senang. Pelaksanaannya yaitu, jamaah berihram untuk melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji (yakni bulan Syawal, Zulkaidah, 10 hari pertama dari bulan Zulhijah).

Setelah itu, jamaah menyelesaikan rangkaian umrahnya dengan melaksanakan thawaf umrah, sa’i umrah lalu kemudian bertahallul dari ihramnya, dengan cara memotong pendek atau mencukur sebagian rambut kepalanya. Setelah tahallul, jamaah sudah terlepas dari kondisi ihram, hingga nanti datangnya hari Tarwiyah, yakni tanggal 8 Zulhijah.

Pada hari Tarwiyah ini (tanggal 8 Zulhijah) jamaah berihram kembali dari Mekkah untuk melaksanakan hajinya hingga sempurna. Bagi yang melaksanakan berhaji Tamattu’, wajib baginya untuk menyembelih hewan kurban (seekor kambing/ sepertujuh dari sapi/ sepertujuh dari unta) pada tanggal 10 Zulhijah atau di hari-hari tasyriq (tanggal 11,12,13 Zulhijah).

Rukun Haji

Rukun haji sangat penting dalam menunaikan ibadah haji. Untuk terlaksananya ibadah Haji yang baik sebelum berangkat menuju tanah suci, kita harus memahami dan mengetahui apa sajakah Rukun Haji?

Rukun haji ada lima, yaitu sebagai berikut:

  • Niat ihram
  • Wukuf di padang Arafah
  • Tawaf
  • Sa’i
  • Memotong rambut (tahalul)

Umat Islam yang menunaikan haji wajib memenuhi rukun haji. Jika ada yang terlewat, maka akan dikenakan dam atau denda.

Keutamaan Ibadah Haji

Keutamaan Ibadah Haji
Umat Islam di seluruh dunia selalu rindu dengan tanah suci. Di sanalah terkumpul jutaan doa kebaikan sebagai bekal untuk menghadapi akhirat. Keutamaan ibadah haji pun begitu spesial, seperti yang dirangkum melalui tulisan Sinau Haji dan Kurban dari Dewan Syariah Dompet Dhuafa, Ustadz H. Ahmad Fauzi Qosim, S.S., M.A., M.M berikut ini:

Haji adalah Ibadah yang paling besar dan sesuai dengan tujuan manusia diciptakan Allah SWT (QS. 51:56). Kategori ibadah yang paling besar, karena seseorang tidak hanya dituntut kesiapan secara materi saja, akan tetapi secara fisik dan psikis pun dituntut kesiapannya.

  • Dalam ibadah haji, terkumpul semua aspek ibadah; badaniyah (fisik), maliyah (financial) dan qalbiyah (hati/mental), serta tidak terdapat dalam ibadah yang lainnya.
  • Haji adalah konferensi umat Islam sedunia. Haji adalah wadah untuk saling mengenal antara umat islam yang satu dengan lainnya, ajang pertemuan berbagai bangsa, bahasa, warna kulit dan social budaya yang sangat dimungkinkan terjadinya pertukaran informasi, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
  • Menguatkan persatuan muslimin. Dari haji, umat Islam belajar bahwa muslimin adalah umat yang satu. Hal tersebut tertera dalam Al-Quran;

“Sesungguhnya umat kalian itu adalah umat yang satu”. (QS. 21:92).

  • Secara simbolis ibadah haji menunjukan bahwa kaum muslimin itu adalah umat yang satu, menyembah kepada Allah yang satu / esa, mengikuti / mencontoh nabi yang satu, membaca Al Qur’an yang satu, menghadap ke kiblat yang satu, bertawaf di Baitullah yang satu, berkumpul / wukuf di tempat yang satu dan lain sebagainya, yang semua akan lebih menguatkan Al Ukhuwah Al Islamiyah.

“Sesungguhnya orang-orang muslim itu bersaudara”. (QS. 49:10).

  • Mengajarkan kesetaraan dan keadilan hak dan kewajiban umat Islam
    Haji tidak membedakan status umat hslam dari tata cara manasik haji, berihram, dan lain sebagainya. Tidak ada perbedaan perlakuan antara yang kaya dengan yang miskin, yang ONH biasa dengan yang Plus, tetapi manusia atau kaum muslimin itu akan dibedakan dengan tingkat ketaqwaannya.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa”. (QS. 49:13).

  • Mengingatkan perjalanan manusia ke akhirat
    Ibadah haji merupakan rihlah ruhiyah/pejalanan ruhani yang merupakan miniatur dari perjalanan sesungguhnya yang semua manusia pasti akan melaluinya, yaitu perjalanan akhirat. Perjalanan haji ini mengandung filosofi perjalanan manusia di akhirat kelak.
  • Haji dan Kurban Mengajarkan Keteguhan Iman dan Keikhlasan
    Surat Al-Kautsar ayat kedua, secara normatif, mengaitkan ibadah haji dan kurban yang merupakan sebuah rangkaian kesatuan sebagai ibadah di bulan Zulhijah. Kedua ibadah tersebut diperintahkan dan disyariatkan oleh Allah pada tahun yang sama, yaitu tahun keenam hijriyah. Allah memerintahkan kurban dan haji bukan tanpa tujuan. Melalui kedua ibadah tersebut, manusia dapat berkomunikasi secara spiritual dengan Tuhannya.

Hikmah yang dapat dipetik dari dua syariat tersebut dari pemaparan Ustadz Ahmad Fauzi Qasim adalah pertama, bahwa kesalehan seseorang dapat diukur dari dua dimensi yakni dimensi pribadi dan dimensi sosial.

Saleh secara pribadi diukur dengan seberapa kuat keimanan dan ketekunan seseorang melakukan ibadah secara ikhlas dan ittiba’ Rasulillah SAW. Lalu, saleh secara sosial diukur dari seberapa besar kepedulian seseorang terhadap kehidupan sosial, sebagai implementasi nilai-nilai agama yang rahmatan lil alamin.

 

Sumber : Detik : 3 Macam Pelaksanaan Ibadah Haji dalam Islam, Begini Penjelasannya

Shalat Sunnah Safar Umrah Dan Haji

Shalat Sunnah Safar

Shalat Sunnah Safar – Karena dalam menunaikan ibadah haji dan umrah terkait erat dengan perjalanan jauh khususnya kita yang ada di Indonesia, maka kita juga harus memahami yang namanya Shalat Sunnah Safar.

Apa itu Shalat Sunnah Safar ? Shalat Sunnah Safar adalah shalat sunnah dua raka’at yang dilakukan ketika hendak melakukan perjalanan (safar) ataupun ketika kembali dari perjalanan.

Dari Abu Hurairah ra ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau keluar dari rumahmu, hendaklah engkau shalat dua raka’at, maka shalat itu akan memeliharamu dari keluarnya keburukan. Dan apabila engkau masuk ke rumahmu, hendaknya engkau shalat dua raka’at, maka shalat itu akan memeliharamu dari masuknya keburukan.” (HR. Al-Baihaqi) (sumber)

Tata cara Shalat Sunnah Safar

1. Membaca niat
اُصَلّي سًنّةَ السَّفَرِرَكْعَتيْنِ للّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatas safari rak’ataini Lillahi Ta’ala

Aku niat Shalat Sunnat Safar karena Allah Yang Maha Tinggi

2. Pada raka’at pertama membaca surat Al-Fatihah
3. Dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kafirun
4. Pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas
5. Doa setelah shalat Safar

اللَّهُمَّ بِكَ أَسْتَعِيْنُ، وَعَلَيْكَ أَتَوَكَّلُ، اللَّهُمَّ ذَلِّلْ لِي صُعُوْبَةَ أَمْرِي، وَسَهِّلْ عَلَيَّ مَشَقَّةَ سَفَرِي، وَارْزُقْنِي مِنَ الخَيْرِ أَكْثَرَ مِمَّا أَطْلُبُ، وَاصْرِفْ عَنِّي كُلَّ شَرٍّ، رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَحْفِظُكَ وَأَسْتَوْدِعُكَ نَفْسِي وَدِيْنِي وَأَهْلِي وَأَقَارِبِي وَكُلَّ مَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ بِهِ مِنْ آخِرَةٍ وَدُنْيَا، فَاحْفَظْنَا أَجْمَعِيْنَ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ يَا كَرِيْمُ

“Allahumma bika asta‘iynu, wa ‘alaika atawakkalu, allahumma dzallil liy shu‘ubata amriy, wa sahhil ‘alayya masyaqqata safariy, warzuqniy minal khairi aktsara mimmaa athlubu, washrif ‘anniy kulla syarrin, robbisyroh liy shadriy, wa yassir liy amriy. Allahumma inniy astahfizhuka wa astaudi‘uka nafsiy, wa diyniy, wa ahliy, wa aqooribiy, wa kulla ma an‘amta ‘alayya wa ‘alaihim bihiy min aakhirah wa dunia, fahfazhnaa ajma‘iyn min kulli su’in ya kariym.”

Artinya: “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku minta tolong, hanya kepada-Mu aku berpasrah. Tuhanku, tundukkanlah bagiku segala macam kesulitan urusanku, mudahkan untukku hambatan perjalananku, anugerahkanlah aku sebagian dari kebaikan melebihi apa yang kuminta, palingkan diriku dari segala kejahatan. Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkan urusanku. Ya Allah, aku meminta penjagaan dan menitipkan diriku, agamaku, keluargaku, kerabatku, dan semua yang telah Kau berikan kepadaku baik kebaikan ukhrawi maupun duniawi. Lindungilah kami dari segala kejahatan, wahai Tuhan yang maha pemurah,” (Kutipan dari Kitab Al-Adzkar, Imam An-Nawawi,).

6. Setelah selesai, dianjurkan banyak membaca ayat Kursi dan surat Al-Quraisy
Kemudian ketika kembali pulang, kita melakukan Shalat Sunah Safar dengan niat:

اصلي سنۃ لقدوم السفر ركعتين مستقبل القبلۃ لله تعالی

Ushallii sunnatan liquduumis safari rak’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’aalaa

Artinya: Aku niat mengerjakan shalat sunat pulang dari bepergian dua rakaat karena Allah ta’ala.

الحمد ﷲ الذي نصرني بقضاء نسكي وحفظني من غثاء سفري حتی اعود الی اهلي اللهم بارك في حياتي بعد الحج واجعلني من الصالحين

Alhamdulillaahil ladIi nasharanii biqadhaai nusukii wa hafazanii min ghatsaai safarui hatta a’uudu ilaa ahlii, allahumma baaril fii hayaatii ba’dal hajji waj’alnii minash shaalihiin.

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pertolongan kepadaku dengan melaksanakan haji dan telah menjaga diriku dari kesulitan bepergian sehingga aku dapat kembali lagi kepada keluargaku. Ya Allah, berkahilah hidupku setelah melaksanakan haji dan jadikanlah aku sebagai bagian dari orang-orang saleh.

Demikianlah Informasi tentang Shalat Sunnah Safar Umrah Dan Haji, Semoga kita smua umat muslim dapat menjalankan ibadah umrah dan haji plus dalam waktu dekat Aamiin YRA

 

Paket Umroh

 

Sumber :

Keutamaan Umrah Di Bulan Suci Ramadhan

Umroh Ramadhan Setara Pahala Ibadah Haji

Ibadah haji itu beda amalannya dengan umrah ? Sebab, umrah hanya masuk Makkah, setelah miqat ihram di pesawat dan sebagainya, kemudian dalam keadaan ihram melaksakan thawaf, sai, dan tahalul, lalu selesai.

“Sementara rangkaian ibadah haji lebih panjang. Mulai dari ihram, miqat ke Makkah, wukuf, mabit di Mina, melempar jumrah. Jadi kenapa umrah di bulan Ramadhan itu pahalanya menyamai haji?” kata dia.

Menurut para ulama, lanjut Habib Nabiel, umrah Ramadhan itu dilakukan dalam kondisi berpuasa, dan itu berat. “Padahal puasa di Jazirah Arab panas luar biasa, apalagi pada zaman dulu, maka pahalanya besar,” katanya.

Tak hanya mendapat pahala umrah, mereka yang berumrah pada bulan Ramadhan juga mendapat pahala puasa, tarawih, dan membaca Alquran di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Menunaikan Ibadah Umroh Di bulan suci Ramadan merupakan dambaan setiap muslim. Bukan tanpa alasan, umrah di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang tidak didapat di bulan lainnya. Sudah menjadi pemandangan umum setiap bulan suci Ramadan,Tanah Suci Mekkah dan Madinah selalu ramai dibanjiri umat muslim dari penjuru dunia. Mereka datang untuk menunaikan ibadah Umrah sebagaimana dianjurkan oleh syariat.

Apa yang dimaksud senilai dengan haji?

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh Shahih Muslim, 9:2)

Apakah umrah Ramadhan bisa menggantikan haji yang wajib?

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah (ketua Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia di masa silam) pernah menerangkan maksud umrah Ramadhan seperti berhaji bersama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mendapat pertanyaan, “Apakah umrah di bulan Ramadhan bisa menggantikan haji berdasarkan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa berumrah di bulan Ramadhan maka ia seperti haji bersamaku”?

Jawaban Syaikh rahimahullah, “Umrah di bulan Ramadhan tidaklah bisa menggantikan haji. Akan tetapi umrah Ramadhan mendapatkan keutamaan haji berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Umrah Ramadhan senilai dengan haji.” Atau dalam riwayat lain disebutkan bahwa umrah Ramadhan seperti berhaji bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, yaitu yang dimaksud adalah sama dalam keutamaan dan pahala. Dan maknanya bukanlah umrah Ramadhan bisa menggantikan haji. Orang yang berumrah di bulan Ramadhan masih punya kewajiban haji walau ia telah melaksanakan umrah Ramadhan, demikian pendapat seluruh ulama. Jadi, umrah Ramadhan senilai dengan haji dari sisi keutamaan dan pahala. Namun tetap tidak bisa menggantikan haji yang wajib.”

Berikut Keutamaan umrah di Bulan Suci Ramadhan, salah satunya mendapatkan pahala senilai ibadah Haji:

1. Setara Pahala Ibadah Haji.

Orang yang menunaikan Umrah di bulan Ramadan akan meraih pahala ibadah Haji. Hal ini disampaikan Rasulullah SAW dalam Hadis berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِامْرَأَةٍ مِنَ الْأَنْصَارِ… ” مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّينَ مَعَنَا ؟ ” قَالَتْ : كَانَ لَنَا نَاضِحٌ فَرَكِبَهُ أَبُو فُلَانٍ وَابْنُهُ – لِزَوْجِهَا وَابْنِهَا – وَتَرَكَ نَاضِحًا نَنْضَحُ عَلَيْهِ. قَالَ : ” فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِي فِيهِ ؛ فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ”

Artinya: “Rasulullah ﷺ berkata kepada seorang perempuan dari kaum Anshar…”Apa yang menghalangimu untuk menunaikan Haji bersama kami?” Perempuan itu berkata, “Kami memiliki seekor unta yang selalu digunakan oleh ayah fulan dan anaknya, maksudnya adalah suami dan anak dari perempuan itu, kemudian dia membiarkan unta tersebut untuk mengangkut air.

Nabi ﷺ berkata, “Apabila datang Ramadhan, laksanakanlah Umrah karena umrah pada bulan Ramadhan seperti ibadah Haji.” (HR Al-Bukhari 1657) Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, bahwa umrah Ramadhan itu setara haji dalam pahalanya saja, bukan berarti umrah dapat menggantikan haji sehingga kewajiban haji dapat gugur karena ulama telah sepakat (ijma’) bahwa umrah tidak dapat menggugurkan kewajiban haji. (Kitab Fathul Bari)

2. Haji Bersama Rasulullah SAW.

Keutamaan lain melaksanakan Umrah di bulan Ramadan seperti Haji bersama Rasulullah SAW. Hal ini disebutkan dalam hadis berikut:

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

Artinya: “Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR Al-Bukhari 1863)

3. Seperti Jihad Tanpa Peperangan

Keutamaan lainnya seperti berjihad fii sabilillah tanpa peperangan. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ قَالَ « نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لاَ قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ

Artinya: “Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan Umroh.” (HR. Ibnu Majah 2901)

4. Penggugur Dosa di Antara Dua Umrah.

Orang yang melaksanakan Umrah di bulan Ramadhan menjadi sebab dosa-dosanya digugurkan. Dengan catatan, orang tersebut sudah pernah melakukan Umrah sebelumnya. Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

“Antara Umrah yang satu dan Umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya.

Dan Haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR Al-Bukhari 1773 dan Muslim 1349)

5. Meraih Pahala Berlipat Ganda.

Keutamaan lainnya meraih pahala berlipat ganda. Orang yang Umrah di bulan Ramadan akan mendapatkan pahala sholat di dua Masjid Al-Haram Mekkah dan Nabawi Madinah. Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

Artinya: “Sholat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 sholat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Sholat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Apalagi di bulan Ramadan, pahala ibadah akan dilipatgandakan Allah sebagaiman sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah) di dalamnya, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan kewajiban (fardhu) di bulan yang lain. Dan barang siapa yang menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakan 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain.” (HR Al-Baihaqi)

Lalu, kapan waktu yang paling baik untuk umrah, di awal atau akhir Ramadhan?

menurut para ulama, yang lebih tinggi pahalanya adalah di akhir Ramadhan. “Kenapa demikian karena di situ ada iktikaf 10 hari terakhir Ramadhan dan di situ ada Lailatul Qadar,” katanya. Meski pahalanya besar, ia mengingatkan umat tidak memaksakan diri jika memang tidak istithaah (mampu) umrah di akhir Ramadhan. Sebab, pada saat itu Makkah dan Madinah sangat padat. Jangan sampai mengejar pahala sunah Ramadhan, tapi pahala wajib puasa dibatalkan karena kelelahan.

“Hendaknya kita memahami bahwa pahalanya besar tapi secara fikih dikembalikan kepada istithaah. Jangan sampai kemudian memaksakan diri. Dalam fikih hendaknya kita mengejar pahala, tetapi juga mempertimbangkan kemampuan dan kekuatan,” katanya.

Demikianlah Informasi Tentang Keutamaan umrah di Bulan Suci Ramadhan. Semogakita smua umat muslim dapat melaksanakan Ibadah umrah dan haji dalam waktu dekat.. Aamiin YRA

 

 

Baca Juga :


Sumber :

Sa’i Haji Umrah : Pengertian, Hukum, Syarat Dan Tata Caranya

Sa’i Haji Umrah

Sa’i Haji Umroh : Pengertian, Hukum, Makna Syarat Dan Tata Caranya

Pengertian Sa’i

Sa’i Haji Umroh Pelaksanaan ibadah haji dan umrah dilengkapi dengan sejumlah amalan rukun, wajib, serta sunah. Di antara sekian amalan yang dikerjakan ketika ibadah haji dan umrah, satu di antaranya adalah sa’i. Apa itu sa’i?

Sa’i merupakan salah satu rukun haji dan umrah. Rukun haji merupakan rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, dan tidak dapat diganti dengan amalan lain, walaupun dengan dam (denda). Oleh karena itu, setiap jemaah yang melaksanakan ibadah haji harus mengetahui tata cara pelaksanaan sa’i agar ibadah haji atau umrahnya sah.

Sa’i haji umrah dilakukan dengan cara berjalan dan berlari-lari kecil dari Safa ke Marwah, tujuh kali bolak-balik. Dimulai dari Bukit Safa dan berakhir di Marwah, dengan syarat dan cara-cara tertentu. Sebelum tahu lebih jauh soal sa’i dan tata cara melakukannya, tahukah kamu, bahwa ada cerita keimanan Siti Hajar di balik perintah melakukan sa’i?

Siti Hajar adalah istri dari Nabi Ibrahim AS. Kala itu, Ibrahim meninggalkan Siti Hajar untuk melaksanakan perintah Allah. Sepeninggal Ibrahim, putra Ibrahim dan Siti Hajar, menangis karena kehausan. Untuk mendapatkan air, Siti Hajar berjalan mencari sumber air. Namun, ia tak kunjung menemukannya. Siti Hajar tetap yakin bahwa Allah akan menolongnya. Ia berjalan bolak-balik antara Bukit Safa dan Marwa sebanyak 7 kali untuk mencari air. Pada perjalanan balik ketujuh kalinya, ia melihat pancaran air dari tanah yang terkena hentakan kaki Ismail. Kemudian, Siti Hajar mengumpulkan air itu, dan berteriak “Zamzam”. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai Air Zamzam saat ini. Tempat munculnya air ini berada di dekat lokasi Ka’bah.

Kini, Bukit Safa dan Marwa berada di dalam gedung yang menempel dengan lokasi Masjidil Haram. Namun, di kedua ujung jalan antara kedua bukit masih ada bagian yang mendaki dengan gundukan batu alam yang masih asli. Batu ini merupakan batu asli Bukit Safa dan Marwa yang masih dipertahankan.

Perintah melaksanakan Sa’i haji umrah tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 158.

اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ

Arab Latin: Innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya’ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi’tamara fa lā junāḥa ‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa’a khairan fa innallāha syākirun ‘alīm

Artinya: Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui.

Hukum Sa’i Haji Umrah

Dijelaskan dalam buku Fiqih Sunnah 3 oleh Sayyid Sabiq, serta Ensiklopedia Fikih Indonesia: Haji & Umrah Pendapat oleh Ahmad Sarwat, para ulama terbagi menjadi tiga dalam penentuan hukum Sa’i haji umrah.

Ulama tiga madzhab yakni Syafi’i, Maliki, dan Hambali berpendapat bahwa sa’i termasuk dalam rukun haji. Rukun haji merupakan ibadah yang harus dilakukan, dan kedudukannya lebih tinggi.

Apabila rukun haji ditinggalkan, maka ibadah hajinya batal dan tidak sah, juga tidak bisa diganti dengan dam. Seperti orang sholat tetapi tidak membaca surah Al-Fatihah.

Ketetapan ini didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,

ما أتمَّ اللهُ حَجَّ امرئٍ ولا عُمْرَتَه، لم يَطُفْ بين الصَّفا والمروةِ

Artinya: “Allah tidak akan menerima haji atau umrah seseorang yang tidak melakukan sa’i antara bukit Shafa dan Marwah.” (HR. Bukhari)

Madzhab Hanafi berpandangan bahwa sa’i adalah wajib haji. Yang mana adalah amalan yang harus dikerjakan. Bila sa’i tidak dilaksanakan, tidak merusak rangkaian ibadah haji. Namun orang yang meninggalkan sa’i dalam ibadah hajinya, wajib membayar denda atau dam.

Pendapat ini didasarkan oleh alasan bahwa; dalil orang yang mewajibkan sa’i, hanya menunjukkan wajib secara umum, bukan wajib yang jika ditinggalkan ibadah hajinya tidak sempurna atau batal.

Ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil, yakni Surah Al-Baqarah ayat 158 diturunkan ketika sebagian sahabat Nabi SAW merasa keberatan melakukan sa’i. Sebab pada masa jahiliyah, bukit Shafa dan Marwah adalah tempat menyembah dua berhala.

Ibnu Abbas RA, Anas bin MaIik RA, Ibnu Zubair RA dalam salah satu riwayat berpendapat bahwa sa’i adalah sunnah. Yang mana bila seseorang meninggalkannya, maka tidak ada kewajiban apa-apa baginya.

Pandangan mereka berdasarkan tafsir Surah Al-Baqarah ayat 158, bahwa Allah meniadakan dosa dari orang yang tidak melakukan sa’i. Hal ini menunjukkan bahwa sa’i tidak wajib. Pernyataan ini hanya menunjukkan sa’i merupakan sesuatu yang diperbolehkan.

Pendapat lainnya karena sa’i merupakan bagian dari amalan haji yang tidak ada kaitannya dengan Kakbah, sehingga tidak termasuk rukun haji, seperti melempar jumrah.

Makna Sa’i Haji Umrah

Sa’i artinya ‘’berjalan’’ atau ‘’berusaha’’. Dari kisah di atas, sa’i dilakukan untuk mengingatkan manusia agar selalu berusaha. Keyakinan Hajar akan mendapatkan pertolongan Allah bermakna bahwa kita tak boleh putus asa dalam menghadapi situasi apa pun.

Allah SWT berfirman, “‘Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan serta yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain?.” Sungguh amat sedikit kamu mengingat-Nya.” (QS An-Naml, 62).

Syarat Melakukan Sa’i Haji Umrah

Masih dari buku Fiqih Sunnah 3, ada beberapa syarat agar ibadah Sa’i haji umrah sah:

  1. Dikerjakan setelah rangkaian ibadah thawaf di sekeliling Kakbah, dan tidak dibenarkan bila melaksanakan sa’i terlebih dahulu.
  2. Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
  3. Memulainya dari Shafa dan berakhir di Marwah. Diperkirakan jarak anatara kedua bukit sekitar 420 meter.
  4. Dilakukan pada tempat sa’i, yaitu jalan memanjang antara Shafa dan Marwah, sebab Nabi SAW mengerjakannya demikian. Dan dalam haditsnya beliau bersabda,

خُذُوا عنِّي مَنَاسِكَكُمْ

Artinya: “Ambillah tata cara ibadah haji kalian dariku.” (HR Muslim)

Itulah pengertian tentang Sa’i haji umrah dan hukumnya.

Tata Cara Sa’i Hji Umrah

Seperti disebutkan di atas, Sa’i haji umrah dilakukan setelah melakukan tawaf. Setelah itu, lakukan tahapan ini sebagai bagian dari tata cara melakukan ibadah sa’i:

  1. Menuju ke Bukit Safa untuk memulai sa’i
  2. Mendaki Bukit Safa sambil berzikir dan berdoa ketika hendak mendaki bukit
  3. Menghadap kiblat dengan berzikir dan berdoa setiba di atas Bukit Safa
  4. Melakukan sa’i disunahkan dengan berjalan kaki bagi yang mampu, dan boleh menggunakan kursi roda atau skuter matik bagi yang udzur
  5. Memulai perjalanan sa’i dari Buki Safa menuju Bukit Marwa dengan berzikir dan berdoa
  6. Melakukan sa’i disunahkan suci dari hadats dan berturut-turut tujuh putaran. Namun, boleh diselingi jika akan melakukan shalat fardhu atau yang lainnya
  7. Melakukan perjalanan dari Bukit Safa dan mengakhirinya di Bukit Marwa dalam 7 kali perjalanan
  8. Perjalanan dari Safa ke Marwa dihitung satu kali perjalanan. Sebaliknya, perjalanan dari Marwa ke Safa juga dihitung sebagai satu kali perjalanan. Dengan demikian, hitungan ketujuh berakhir di Marwa
  9. Bagi jemaah laki-laki, disunahkan untuk melakukan ar-raml (berlari-lari kecil) saat melintas di sepanjang lampu hijau. Sementara, jemaah perempuan cukup berjalan biasa
  10. Membaca doa dan zikir di sepanjang perjalanan sa’i dari Safa ke Marwa dan dari Marwa ke Safa
  11. Membaca doa dan zikir setiap kali mendaki Bukit Safa dan Bukit Marwa dari ketujuh perjalanan sa’i
  12. Membaca doa di Marwa setelah selesai melaksanakan sa’i, dan tidak perlu shalat sunah setelah sa’i

Jarak dari Bukit Safa ke Marwa adalah sekitar 400 meter. Dengan demikian, total perjalanan sa’i ditempuh dalam jarak sekitar 3 kilometer. Setelah selesai melakukan sa’i, maka jemaah mencukur atau memotong rambutnya yang juga biasa disebut dengan tahallul. Selesainya sa’i yang diakhiri dengan tahallul menandai terpenuhinya pelaksanaan rukun haji dan umrah.

Mengetahui tata cara Sa’i haji umrah sebelum menuju Tanah Suci, akan memudahkan Sobat dalam melaksanakannya nanti. Semoga ibadah haji dan Umrah. Semoga menjadikan haji dan umrah yang mambrur dan mabrurah. Aamiin YRA

 

Paket Umroh 

 

Sumber :

Tawaf Haji Umrah, Jenisnya, Syarat Sah dan Pelaksanaan Tawaf

Tawaf Haji Umrah

Tawaf Haji Umrah, Jenisnya, Syarat Sah dan Pelaksanaan Tawaf 

Tawaf Haji Umrah – Sebelum mengerjakan tawaf, sebagai umat muslim kita perlu mengetahui dan memahami rukun dan syarat tawaf, juga jenis-jenis tawaf. Mengerjakan Tawaf Haji Umrah selama beribadah di Tanah Suci tidak bisa dilakukan secara sembarangan, terdapat anjuran yang perlu diperhatikan.

Pada hakikatnya, Tawaf Haji Umrah adalah kegiatan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw memberikan tauladan untuk berlari-lari kecil pada tiga putaran tawaf pertama, sementara empat putaran sisanya dilakukan dengan berjalan. Tawaf boleh dilakukan di luar ibadah haji dan umrah, sebab tawaf adalah ibadah sunah yang bisa dilakukan setiap saat dengan tujuan mendekatkan diri kepada-Nya.

Sebelum mengerjakan Tawaf Haji Umrah, sebagai umat muslim kita perlu mengetahui dan memahami rukun dan syarat tawaf, juga jenis-jenis tawaf. Mengerjakan tawaf selama beribadah di Tanah Suci tidak bisa dilakukan secara sembarangan, terdapat anjuran yang perlu diperhatikan.

Pada hakikatnya, niat Tawaf Haji Umrah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw memberikan tauladan untuk berlari-lari kecil pada tiga putaran tawaf pertama, sementara empat putaran sisanya dilakukan dengan berjalan. Tawaf boleh dilakukan di luar ibadah haji dan umrah, sebab tawaf adalah ibadah sunah yang bisa dilakukan setiap saat dengan tujuan mendekatkan diri kepada-Nya.

  1.  Tawaf Ziarah atau Tawaf Ifadah
    Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang melaksanakan ibadah haji. Tawaf Ifadah dilaksanakan usai manasik di Mina, termasuk lontar Jumrah Aqabah, menyembelih, bercukur atau memotong rambut, kemudian kembali ke Makkah, dan setelah sampai di sana mereka melaksanakan tawaf. Tawaf Ifadah termasuk bagian dari rukun-rukun haji, andaikan ditinggalkan maka hajinya tidak sah, juga tidak bisa diganti dengan denda atau dam. Tawaf ini dinamakan Tawaf Ziarah, karena meninggalkan Mina dan menziarahi Baitullah. Dinamakan Tawaf Ifadah karena dia telah kembali dari Mina ke Makkah. Juga dinamakan Tawaf Haji karena ini termasuk dalam rukun haji.
  2. Tawaf Qudum. Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh, bukan orang-orang Makkah dan sekitarnya, ketika mereka memasuki Makkah. Tawaf ini menyarupai salat dua rakaat tahiyatul masjid. Tawaf Qudum hukumnya adalah sunah.
  3. Tawaf Wada’. Tawaf ini merupakan perbuatan terakhir yang dilakukan oleh orang-orang yang berhaji saat hendak melakukan perjalanan meninggalkan Makkah. Tawaf Wada’ termasuk dalam kewajiban haji, sehingga apabila seseorang meninggalkannya, maka ia berdosa dan wajib diganti dengan denda atau dam. Namun demikian, hal tersebut tidak sampai menyebabkan rusaknya ibadah haji.
  4. Tawaf Nadzar. Tawaf Nadzar merupakan tawaf yang dinazarkan. Tawaf Nadzar hukumnya wajib dikerjakan karena nazarnya dan waktunya bisa kapan saja.
  5. Tawaf Sunnah. Tawaf Sunnah merupakan tawaf yang dilakukan setiap kali seseorang memasuki Masjidil Haram tanpa pakaian ihram dan bukan dalam rangkaian haji. Oleh karena itu, tawaf ini dapat dikerjakan kapan saja apabila memungkinkan, tanpa perlu diikuti dengan Sa’i. Dengan demikian, apabila tawaf ini ditinggalkan tidak akan berdampak pada rusaknya ibadah haji, tidak pula berkonsekuensi pada kewajiban membayar dam. Syarat Tawaf dan Rukunnya

Setelah mengenali lima jenis tawaf, kita juga perlu mengetahui rukun dan syarat tawaf. Seperti ibadah-ibadah lain dalam ajaran Islam, tawaf juga memiliki syarat wajib dan rukun-rukunnya. Perbedaan antara syarat dan rukun tawaf sendiri, yakni keduanya sama-sama menentukan adanya kepastian hukum. Namun, rukun Tawaf Haji Umrah merupakan bagian dari hakikat tawaf, sedangkan syarat tawaf adalah sesuatu yang harus ada, namun berada di luar hakikat tawaf.

Syarat Sah Tawaf Haji Umrah

Berikut syarat tawaf yang dapat menentukan sah atau tidaknya tawaf yang dilakukan oleh umat Islam:

  • Suci dari hadas kecil dan hadas besar
    Suci dari khabaits (kesucian pakaian dari hadas dan najis)
  • Menutup aurat
    Khitan bagi laki-laki
    Mengenakan pakaian ihram (pakaian yang dipakai bukan pakaian maghshub, tidak terbuat dari kulit hewan yang dimakan dagingnya, dan bukan pakaian yang terbuat dari sutra atau emas)

Rukun Tawaf Haji Umrah

Ada sejumlah hal wajib dalam pelaksanaan tawaf selain syarat tawaf di atas, yakni:

  • Niat
    Tawaf sambil berjalan kaki
    Memulai tawaf dari Hajar Aswad
    Menempatkan Baitulllah berada di samping kirinya
    Memasukkan Hijir Ismail dalam tawaf
    Semua badan harus berada di luar Baitullah. Andaikata ia berjalan di atas trap Ka’bah maka tidak sah tawafnya, sebab trap Ka’bah termasuk bagian dari bangunan Ka’bah. Demikian juga andaikata tangannya (lurus ke bawah) segaris dengan trap Ka’bah, maka juga tidak sah tawafnya. Masalah ini sangat pelik dan jarang orang yang mau memperhatikannya. Karena itu, usahakan kita mengetahuinya.
    Tawaf dilaksanakan antara Ka’bah dan Maqam Ibrahim
    Menyempurnakan tujuh kali putaran, tidak boleh lebih tidak boleh kurang

Tata cara pelaksanaan tawaf Haji Umrah sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw

1) Bagi orang laki-laki meletakkan bagian tengah kain ihramnya di bawah ketiak kanan dan menaruh ujung kain di atas pundak sebelah kiri tertutup, sedang pundak kanan terbuka. Berdasarkan hadis riwayat Abu Dawud:

“Dari Ibnu Abbas (Diriwayatkan) sesungguhnya Rasulullah saw, dan para sahabatnya umrah dari Ji’ranah, lalu mereka berlari-lari kecil di Baitullah dan mereka buat rida (selendang) mereka di bawah ketiak kanan mereka lalu menyampirkan ujungujungnya di atas pundak kiri mereka.” (HR. Abu Dawud).

2) Sesampainya di sudut Hajar Aswad menghadap ke Hajar Aswad tersebut lalu menciumnya; atau menjamahnya dengan tangan lalu mencium tangannya; atau menyentuhnya dengan tongkat; atau berisyarah kepadanya dengan tangan. Hal tersebut dilakukan setiap kali putaran tawaf. Sebagaimana HR. al-Bukhari:

“Dari Abis bin Rabi’ah (diriwayatkan) ia berkata: aku melihat Umar ra. datang kepada Hajar Aswad seraya berkata: Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau itu batu, andaikata aku tidak melihat Rasulullah saw mengecup engkau, pastilah aku segan mengecupmu. Kemudian ia mendekat lalu mengecupnya.” (HR al-Bukhari).

3) Membaca takbir (بِسْمِ االلهِ وَااللهُ أَكْبَرُ) bismillahi wallahu akbar.

4) Kemudian berpaling ke kanan sehingga Ka’bah berada di sebelah kiri orang tawaf. Untuk tawaf qudum (tawaf umrah) supaya berlari-lari kecil 3 (tiga) kali putaran dan berjalan biasa 4 (empat) kali putaran berikutnya. Berdasarkan HR. Al-Bukhari:

“Dari Salim dari saudaranya r.a. (diriwayatkan), ia berkata: Saya melihat Rasulullah saw, tatkala sampai di Mekah, beliau mengusap Hajar Aswad ketika pertama kali tawaf, yang pertama beliau berlari-lari kecil tiga kali di antara tujuh putaran.” (HR. Bukhari).

5) Pada saat berada di antara Rukun Yamani dan sudut Hajar Aswad membaca:

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

6) Setelah selesi putaran ke tujuh maka Tawaf selesai.

7) Dalam tawaf tidak ada ketentuan membaca do’a-do’a tertentu untuk setiap kali putaran. Orang boleh berdo’a untuk apa yang diinginkan sesuai dengan keperluannya.

8) Setelah selesai melaksanakan tawaf lalu menuju ke Maqam Ibrahim, dan membaca:

وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ

Kemudian melakukan salat dua rakaat. Pada rakaat pertama dibaca surat al-Kafirun sesudah surat al-Fatihah. Pada rakaat kedua, sesudah dibaca surat Al-Fatihah, dibaca surat al-Ikhlas. Selesai salat kembali ke Hajar Aswad lalu menciumnya, menjamahnya, atau berisyarah seperti pada permulaan tawaf. Sesudah melaksanakan tawaf dengan semua rangkaiannya, disunahkan meminum air zam-zam. Hal tersebut berdasarkan pada HR. Al-Bukhari:

“Dari Ibnu Umar (diriwayatkan) ia berkata, Nabi saw tiba di Mekah kemudian tawaf lalu salat dua rakaat kemudian melakukan sa’i antara Safa dan Marwah kemudian membaca “sungguh bagimu pada diri Rasulullah contoh yang baik.” (HR. Al Bukhari).

Semoga kita semua dimampukan oleh Allah Swt untuk dapat berkunjung ke Baitullah, Makkah al Mukaramah untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Aamiin..

 

 


Sumber :Kompas: Mengenal 5 Macam Tawaf dalam Ibadah Haji Dan Umroh